Rabu, 16 Juni 2010

1 Litre Of Tears..."Tanda-Tanda"

0 komentar

Aya gadis berusia 15 tahun yang sangat suka membaca. Tinggal bersama 3 adik dan ayah-ibunya. Kehidupan Aya yang damai runtuh ketika dokter mendiagnosanya berpenyakit Spinocerebellar Degeneration, penyakit bawaan dikarenakan sel-sel saraf pada otak kecil, batang otak, dan sum-sum tulang belakang yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan gerak, berubah, hingga akhirnya menghilang. Mengakibatkan Aya sedikit demi sedikit kehilangan kendali gerak atas tubuhnya. Dengan tetap terus menaruh harapan penyakitnya dapat disembuhkan, Aya menuliskan setiap hari yang dilaluinya dan dirasakan tubuhnya, dalam sebuah catatan harian.
                        
Kisah nyata dari catatan seorang gadis belia yang memberitahukan kita tentang arti yang menghargai kehidupan…
TANDA-TANDA
Berjalanlah menengadah ke atas, agar airmata tidak jatuh…
Andaikan saat akan menangis, aku bisa seperti lagu yang kunyanyikan perlahan dalam hati
“berjalan sendirian dengan menengadah ke atas”
Tapi…hal seperti itu sangat sulit bagiku
Untuk memandang langit biru yang indah ini aku memerlukan bantuan seseorang
Bila tidak ditopang oleh sesuatu…tubuhku akan terguling
Bila demikian, bagaimana dengan air mata ini?
Apa yang harus aku lakukan untuk mencegah jatuhnya airmataku ini tanpa sepengetahuan siapa pun?


Belakangan tubuh Aya sedikit oleng saat berjalan. Puncaknya saat akan pergi ke sekolah bersama adiknya, Ako. Ako baru ingat kalau dia piket hari itu, jadi harus buru-buru sampai di sekolah. Merasa tidak enak, Aya pun menyuruh Ako pergi duluan karena dia jalannya sangat lambat. Sambil meminta maaf Ako berlari ke sekolah meninggalkan Aya. Di perjalanan hujan turun. Aya pun memakai payungnya dan mencoba berlari agar tidak basah kuyup. Tapi dia terjatuh.

Aya tidak jadi ekolah dan pulang ke rumahnya sambil nangis-nangis. Dagunya terluka cukup parah dan dibawa Mamanya ke rumah sakit untuk dijahit.
Malamnya terjadi percakapan menarik antara Aya dan Ako.
Ako : Tanganmu tidak terluka?
Aya : Sama sekali tidak ada.
Ako: Tapi biasanya kalau terjatuh secara reflek tangan akan menahan badan kan?
Aya: Habis, tangan yang ini membawa paying, yang ini membawa tas. (Aya memperlihatkan tangan kiri dan kanannya)
Ako: Oh, begitu..
Aya: (mengeluh)
            Hh…kenapa aku bisa jadi begini…Apa gerakan motorikku lamban ya?
Ako : (mencoba menghibur)
            Sudahlah, setidaknya kakak kan pintar
Mama: Betul Aya. Tak apa kalau jalanmu sedikit lambat dari orang lain. Kamu kan suka membaca dan belajar. Di masa depan pasti hal itu yang akan berguna

Terdengar bunyi di suatu bagian di dalam tubuh ini
Terdengar bunyi seperti sesuatu yang terlepas dan terjatuh
Muncul sedikit kekhawatiran
Ada sesuatu di dalam tubuhku yang mulai rusak..
..itu yang kurasakan

Aku takut


Suatu hari Mama yang mencemaskan kondisi Aya mencoba membujuk Aya agar mau diperiksa di rumah sakit.
Mama: Belakangan ini ibu lihat kamu berjalan dengan tubuh condong ke depan dan langkahmu terhuyung-huyung ke kiri dan ke kanan. Kamu juga menyadarinya?
(Aya terdiam, karena dia memang menyadari itu)
Mama: Meski kamu mengatakan bahwa itu cuma karena kamu sering belajar sampai larut malam, atau mungkin stress memikirkan ujian, Ibu terus memperhatikan kondisimu. Bahkan kamu juga pernah terjatuh, Jadi Ibu khawatir. Ibu akan mencari RS yang akan memeriksamu dengan teliti. Mau ya?
Aya: Baiklah…



Ibu adalah orang yang setiap hari paling sibuk di antara orang-orang rumah
Karena bekerja dan mengurus kami
Meskipun begitu, Ibu sangat mengkhawatirkan ku dan memahami kekhawatiranku
Kalau penyebabnya sudah diketahui, pasti dokter juga akan menghilangkan kekhawatiranku ini. Pasti begitu ya?


Begitu pulang dari pemeriksaan, Aya berbincang dengan Ibunya di mobil.
Aya: (riang sekali) Baru kali ini aku menjalani apa yang disebut CT scan! Kayak drama-drama di TV. Asyik. Seperti di dalam pesawat luar angkasa. Menarik.
Mama : (tersenyum tipis) Iya..
Aya: Jadi, mulai sekarang setiap bulan aku harus ke RS ya?
Mama: Iya..
Aya: Katanya untuk sembuh aku harus minum obat banyak sekali. Kalau rawat jalan sih aku nggak masalah kok. Aku akan menuruti apa pun yang dikatakan dokter. Jadi ku mohon… (berdoa khusyuk) sembuhkanlah penyakitku..
(mama geleng-geleng melihat tingkah Aya)
Mama: Kamu ini teralu membesar-besarkan masalah, Aya. Oh ya..pemeriksaannya sebulan sekali kan? Bagaimana kalau kamu menuliskan kondisimu selama jangka waktu itu ke dalam buku catatan? Hal-hal yang kamu sadari dan rasakan pada saat itu, apa pun itu, kalau kamu mencatatnya pasti akan berguna dalam perawatanmu.
Aya : Dengan begitu mungkin aku akan cepat sembuh ya, Bu? Baiklah. Lagipula aku kan suka menulis. Aku akan segera memulainya hari ini.
Mama: Kalau begitu kita harus membeli buku catatan baru.
Malam itu Aya mulai menulis. Buku catatan yang baru dibelinya dia tulis “Aya’s Diary”



Dengan terus menuliskan segala hal yang aku pikirkan setiap hari ke dalam kata-kata, ada hal-hal yang mulai terlihat.
Aku mulai memikirkan berbagai hal lebih dari sebelumnya.


Semakin hari jalannya Aya semakin limbung. Sempat terdengar di telinga Aya saat dia sekolah, orang-orang yang melihatnya sibuk berbisik-bisik dan cekikikan. Bahkan ada yang terang-terangan bilang “aku pikir dia mabuk, lho…”
Aya hanya bisa diam dan mencoba menutup telinga rapat-rapat. Air matanya keluar saat dia mencurahkan isi hatinya ke buku catatannya.

Katanya pena lebih tajam dari pedang.
Bagaimana pun kecil dan pendeknya, dapat memotong  dengan dalam.
Dan sampai kapanpun akan meninggalkan luka nyeri.
Jangan menangis, penakut!
Saat sulit adalah saat manusia tumbuh menjadi dewasa
Di manakah gerangan kebahagiaan?
Apakah gerangan kebahagiaan?

Kini hampir setiap hari Ako membantunya membawakan tas saat ke sekolah, dan mengiringinya saat menaiki tangga sekolah. Hari itu Aya menyadari kalau adiknya sangat menyayanginya.


Padahal sejak kecil aku sering bertengkar dengan adikku ini,
tapi ternyata dia cukup baik..
Itulah yang kurasakan belakangan ini.


Setiap pelajaran olahraga, guru olahraganya selalu melarang Aya ikut belajar dan memberinya izin untuk istirahat di kelas. Itu karena gurunya mengkhawatirkan kondisinya.
Tapi teman-temannya banyak yang iri padanya. Di antara mereka ada yang bilang “Aaa…selalu saja Kito.” “Iya, curang banget ya..” “Iya..”
Mereka semua ingin seperti Aya, tidak ikut pelajaran olahraga. Mereka iri. Aya hanya bisa diam mendengar komentar teman-temannya itu.

Kalau memang mereka begitu suka belajar sendiri, aku bersedia menggantikan mereka berapa kali pun.
Aku bersedia menukarkan tubuh ini.
Aku memang tidak pandai olahraga, tapi aku juga suka menggerakan tubuhku dan juga berlari
Bagaimanapun lelahnya, aku lebih memilih berlari sekuat tenaga

Semakin hari semakin banyak kata-kata pahit yang didengar Aya. Kalau dia berjalan, pasti ada saja yang komentar. “Hahaha…Lihat cara berjalannya. Kayak Anak TK ya??”
Dan semua orang di sekitarnya kemudian tertawa nyaring.
Aya hanya bisa terus berjalan tanpa memperdulikan ocehan orang-orang itu. Dia berusaha menahan tangisnya.


Kalau aku melayani setiap ejekan mereka, tidak aka nada habisnya.
Saat berjalan, aku merasakan ketidakstabilan dan kelemahan tubuhku di dalam setiap langkahku.
Aku tidak dapat melakukan apa yang dapat dilakukan orang lain.
Rasa terhina dan kesengsaraan.
Apakah perasaan seperti itu baru dapat dipahami setelah merasakannya sendiri?
Makanya mereka dapat menertawakan penderitaanku seperti itu, ya..?
Apakah mereka tidak dapat menempatkan diri mereka diposisiku dan membayangkannya?

Iya, ya
Aku juga baru memahaminya setelah menjadi seperti ini
Aku ingin memiliki hati yang luas, seluas langit biru ini
Aku tidak merasa dendam terhadap kata teman-temanku yang lugu (namun tidak berperasaan)
Aku ingin menjadi manusia yang menerima dan memaafkan banyak hal dengan hati lapang


Suatu malam saat Aya sudah tidur, Ibunya diam-diam menangis tersedu-sedu. Hari itu pemeriksaan dokter sudah keluar hasilnya.
Kata Dokter: Aya mengidap penyakit Spinocerebellar Degeneration. Ini adalah penyakit yang timbul karena sel-sel syarat pada otak kecil, batang otak, dan sumsum tulang belakang yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan bergerak dengan tangkas dan lincah, berubah, hingga akhirnya menghilang.
Mama: (tidak percaya) Apa…yang akan terjadi pada Aya…?
Dokter: Hmm..saat ini Aya masih berjalan terhuyung-huyung, merasa pusing, atau lesu saja. Sedikit demi sedikit dia akan mulai tidak dapat berjalan lurus. Dan nantinya menjadi tidak dapat berdiri maupun berjalan. Tidak dapat menggerakan tangan maupun berbicara dengan sesuka hati…dan akhirnya hanya bisa berbaring.
Malam itu Mama Aya menangis tersedu-sedu di depan suaminya.
“Kenapa hal yang menakutkan seperti ini?? Anak itu masih 15 tahun…baru 15 tahun!! Kalau saja aku bisa menggantikannya otak kecil, sumsum tulang belakang, atau apa pun…akan aku serahkan pada anak itu!!”
Penyakit ini belum bisa disembuhkan. Obat khusus pun tidak ada. Yang bisa dilakukan hanya perawatan untuk memperlambat perkembangannya meskipun sedikit. Sedikit demi sedikit, tapi dengan pasti, menggerogoti tubuh segar yang masih dalam masa pertumbuhan ini. Kenapa Tuhan memberikan nasib buruk seperti ini kepada anak ini?

Akhirnya Aya Lulus SMP. Waktunya dia mendaftar ke SMA favoritnya. Hari ini adalah hari ujian masuk SMA.
Dari pagi Ibunya selalu mengingatkan agar dia nggak lupa bawa kartu ujiannya.
Saat di tempat ujian, banyak sekali peserta yang ikut. Aya harus berhati-hati jalan di antara banyak orang itu. Saat menaiki tangga, tiba-tiba ada seorang peserta cowok yang tidak sengaja menyenggolnya.
DUGH!
Aya langsung tersungkur di tangga. Seorang suster UKS di sekolah itu melihatnya dan memarahin cowok itu, tapi cowok itu tetap pergi begitu saja. Suster itu pun menolong Aya yang meringis kesakitan karena kakinya terkilir. Terpaksa aya pun ujian sendirian di ruang UKS.
Pengumuman. Aya LULUS. Keluarganya merayakan kelulusan itu dengan makan bersama. Ke tiga adiknya memberikan selamat pada Aya.
Malamnya saat semua sudah tidur, Ibu memanggil Aya untuk bicara berdua.
Mama : (menasehati) Kehidupan di SMA nanti sama sekali tidak mudah, Aya. Mungkin dari teman-teman sekelasmu yang sehat akan banyak diskriminasi atau hal-hal yang tidak mengenakkan. Tapi jangan menganggap dirimu orang yang malang. Kamu hanya sedikit kurang bisa bergerak bebas dibandingkan orang lain.  Kamu bukan orang yang malang, Aya.



Saat ini pun bunyi itu terdengar
Bunyi seperti sesuatu di dalam tubuh ini. Sedikit demi sedikit terlepas
Tubuhku seperti ini tidak menuruti kata-kataku yang merupakan tuannya
Tanganku…kakiku.. bergerak kikuk seperti boneka tali.
Pikiran dan tubuhku tidak sejalan.
“Apa penyakitku??”
“Bila terus mendapat perawatan dan minum obat, akan sembuh kah??”
Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang selalu aku telan tanpa bisa kukeluarkan dari mulutku karena takut akan jawabannya.
Kehidupan SMU, lingkungan baru, mata yang penuh rasa ingin tahu pasti akan berfokus pada gerakanku yang kaku.Aku jadi merasa khawatir dan takut.
Oh Tuhan…kumohon. Berikan aku kekuatan untuk dapat melalui segala rintangan. Berikan aku keberanian untuk bertahan…
 

Mega ASIA Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template